JAKARTA (26/09/2023), Kasus pernikahan dini di Indonesia masih sangat tinggi. Hal ini ikut mengusik keresahan sekelompok mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dengan mengembangkan media edukasi. Media ini digunakan untuk meningkatkan pengetahuan risiko dan upaya pencegahan pernikahan dini bagi remaja awal.
Media tersebut dinamai Fun Augmented Reality Early-Age Merried berbasis Augmented Reality yang disingkat Funarri. Para mahasiswa tersebut adalah Farah Nabila Nur Afifah dan Anggi Anggreini prodi Teknologi Pendidikan, Dinda Rahmawati prodi Bimbingan dan Konseling serta Nandini Rohmi prodi Pendidikan Matematika.
Farah Nabila Nur Afifah salah satu anggota tim menyatakan media yang tepat dalam penyampaian edukasi pernikahan dini untuk para remaja adalah teknologi gawai berbasis Augmented Reality. Media ini dapat merangsang pola pikir menjadi kritis terhadap suatu masalah di kehidupan sehari-harinya.
"Funarri diharapkan dapat merubah pola pikir remaja awal sehingga dapat mengubah keadaan perasaan, pikiran, dan tingkah laku untuk menghindari tindakan yang berpotensi terjadinya pernikahan dini," ungkapnya.
Sebab, menurut Farah, banyak dampak negatif pernikahan dini baik dari aspek kesehatan, psikologis, ekonomi, hingga sosial. Dampak negatif itu tidak diketahui oleh para remaja karena tidak mendapatkan pendidikan, kesadaran, dan aksesibilitas terhadap sumber daya yang mendukung pernikahan yang sehat dan dilakukan dengan pertimbangan matang.
Pop Up Book
Media edukasi ini juga disertai pop up book. Anggi Anggreini mengatakan pop up book Funarri berisi 6 materi yaitu pengertian pernikahan dini, faktor penyebab pernikahan dini, berbagai dampaknya seperti dampak pada kesehatan, dampak psikologis, dampak pendidikan serta dampak keberlangsungan rumah tangga. Selain itu juga ada materi solusi agar tidak menikah dini, pacaran tidak sehat atau perilaku beresiko, mitos fakta pernikahan dini dan pergaulan remaja.
“Harapannya Funarri dapat memberikan pengetahuan risiko pernikahan dini sehingga dapat dilakukan pencegahan sekaligus dapat memberikan informasi edukatif dalam upaya pencegahan pernikahan dini di masyarakat” kata Anggi.
Dinda Rahmawati yang juga anggota tim sekaligus mahasiswa Bimbingan dan Konseling menjelaskan pengembangan Funarri menggunakan model ADDIE (Analysis, Design, Development or Production, Implementation or Delivery and Evaluations) dengan lima langkah pengembangan. Tahap pertama, analisis data dilakukan dengan pengambilan jumlah pernikahan dini di Kemenag khususnya daerah Yogyakarta.
Agar lengkap proses analisis ditambah dengan wawancara berbagai pihak seperti Latbang BKKBN DIY, guru BK hingga menyebar angket kepada siswa. Proses selanjutnya adalah pembuatan desain pop up book cetak Funarri dan aplikasi AR Funarri menggunakan Unity versi 2021.3.11f1.
"Pembuatan menggunakan aplikasi Unity dengan menciptakan canvas yang sesuai dengan ukuran layar android. Sebelumnya kami telah mempersiapkan pembuatan fitur-fitur tambahan seperti gambar, audio menggunakan editing capcut dan video menggunakan aplikasi powtoon," papar Nandini Rohmi rekan Dinda dan Farah.
Segala elemen tersebut dimasukkan satu persatu ke dalam Unity dan ditambahkan fitur quiz interaktif di aplikasi Wonderwall. Fitur ini digunakan sebagai bahan evaluasi bagi para remaja awal yang mempelajari materi Funarri.
Karya ini berhasil meraih pendanaan dari Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi RI dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang PKMRSH tahun 2023. *PS