Vihara Ramah Anak mulai digaungkan oleh Persatuan Umat Buddha Indonesia (Permabudhi).
JAKARTA (4/09/2022), Bertempat di Vihara Silaparamita Cipinang, Jakarta Timur, Permabudhi melakukan sosialisasi dan workshop Vihara Ramah Anak kepada segenap anggotanya. Kegiatan ini merupakan dukungan Permabudhi sebagai wujud Aksi Nyata Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) yang dikoordinir oleh Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan kebudayaan (Kemenko PMK)
Kemenko PMK memandang vihara juga sebagai satuan pendidikan penting untuk anak. Maka dari itu, pemerintah melalui Kemenko PMK sangat berharap Permabudhi semakin menggencarkan dan mengimplementasikan Vihara Ramah Anak kepada umat Buddha khususnya. Asisten Deputi Bidang Pemenuhan Hak dan Perlindungan Anak Kemenko PMK Imron Rosadi menandaskan bahwa pengelola, pendeta, dan pengajar di vihara paham betul 15 jenis kerawanan pada anak.
“Harus paham sekali 15 jenis kerawanan ini. Salah satunya adalah kerawanan stigma kepada anak karena perbuatan orang tuanya. Kasus yang lagi diperbincangkan saat ini yang menjadikan perwira polisi menjadi tersangka pembunuhan, di media sosial banyak yang membawa-bawa anak perwira ini. Mereka terstigma. Jika seandainya umat Buddha yang beribadah di sini mengalami kondisi semacam itu, pengurus dan pengelola vihara harus merangkul anak-anak itu dan melindungi,” urai Imron Rosidi seraya mengurai berbagai jenis kerawanan pada anak.
Imron juga menegaskan vihara sebagai satuan pendidikan harus mempromosikan pemenuhan hak dan perlindungan anak di satuan pendidikan dan itu berarti Vihara Ramah Anak harus mengimplementasikan Hak Hak Anak sesuai Konvensi Hak Anak dan upaya perlindungan, pencegahan dan penanganan kekerasan terhadap anak.
Asdep imron juga menjelaskan, ada beberapa standar yang perlu dipenuhi dan ditingkatkan oleh Vihara Silaparamita sebagai Vihara Ramah Anak. Mulai dari meningkatkan standar sarana dan prasarana hingga meningkatkan standar sumber daya manusia yang unggul.
"Untuk menjadi vihara ini sebagai vihara yang ramah anak maka perlu meningkatkan standar sarana dan prasarananya, lalu meningkatkan standar kurikulum pembelajarannya, standar anggaran yang kredibel dan akuntabel juga penting untuk diterapkan, serta standar SDM pengajarnya harus unggul," tuturnya.
Hadir pula dalam kesempatan itu, dr Mettasari Ishak yang sangat berharap agar orang tua membiasakan anak diajak ke vihara untuk mengenalkan darma sejak dini.
“Kenapa anak perlu dibawa ke vihara? Anak bisa melihat praktik baik, melakukan kegiatan bersama teman seperti meditasi. Pertumbuhan dan pembelajaran pendidikan karakter bisa dimulai dari keteladanan. Selain itu, kecerdasan spiritual sangat penting karena kecerdasan ini menjadi landasan atas perkembangan kecerdasan inteletual dan kecerdasan emosi,” tuturnya
Kegiatan workshop dan sosialisasi Vihara Ramah Anak ini dipandu oleh Ketua Vihara Silaparamita Ferry Oranto dan dihadiri anggota Permabudhi. Dalam kegiatan itu, hadir pula Penyelenggara Buddha Jakarta Timur Kantor Wilayah Kementerian Agama Buddha Provinsi DKI Jakarta, Pandu Dinata.
Dijelaskan oleh Pandu, ada 16 vihara di Jakarta Timur dan hanya ada 8 vihara yang memiliki sekolah minggu untuk anak-anak. “Kendala yang utama adalah sumber daya manusia dan akses bantuan pemerintah. Untuk itu, perhatian Kemenko PMK dengan sosialisasi Vihara Ramah Anak ini sangat berarti sekali bagi Permabudhi,” pungkas Pandu. *PS